Brebes, DN-II Kisah perjuangan heroik Bupati Brebes, K.H. Satori, yang gugur di tangan tentara Belanda, kembali diangkat ke permukaan. Bersamaan dengan itu, Brebes juga diusulkan menjadi daerah pelopor sejarah program Wajib Bela Umum (WBU) pertama di Indonesia pada tahun 1948. (17/11/2025).
Semangat pelestarian sejarah ini diinisiasi oleh Garda Bangsa Garda Muda 45 (Garda Muda 45). Ketua DPC Garda Muda 45, Mas Dulhadi, menegaskan bahwa upaya ini bertujuan untuk memperkuat nasionalisme dan mendokumentasikan jasa para pejuang lokal yang terancam dilupakan.
Misi Garda Muda 45: Menguatkan Nasionalisme & Menggali Sejarah
Mas Dulhadi menjelaskan bahwa organisasinya memiliki dua tugas pokok yang mendesak: (1) Sosialisasi Nasionalisme Kebangsaan, dan (2) Menggali dan mendokumentasikan Sejarah Perjuangan Lokal, dengan fokus utama pada almarhum Bupati K.H. Satori.
”Kita saat ini tugas Garda Muda 45 pertama, meng-sosialisasikan tentang nasionalisme kebangsaan. Dan yang kedua, menggali sejarah di mana para pejuang-pejuang kita yang telah gugur membela bangsa dan negara,” tegas Mas Dulhadi dalam wawancara eksklusif.
Kronologi Tragis Bupati K.H. Satori (1946–1947)
K.H. Satori menjabat sebagai Bupati Brebes pada masa genting kemerdekaan, sekitar tahun 1946–1947. Perjuangannya harus berakhir tragis setelah diburu oleh tentara Belanda.
Pelarian dan Pemerintahan Darurat: Untuk menghindari penangkapan Belanda yang menguasai Pendopo Kabupaten, K.H. Satori dan jajarannya sempat melarikan diri ke Desa Kerasak. Demi mengamankan diri, pusat pemerintahan sementara bahkan sempat dipindahkan ke sebuah pendopo di Desa Ciputih, Salem.
Penangkapan dan Eksekusi: K.H. Satori akhirnya tertangkap di tengah jalan. Beliau kemudian diarak, diseret, dan dibawa ke wilayah Sogong. Di lokasi ini, beliau dieksekusi mati dengan cara diberondong tembakan oleh tentara Belanda.
Penemuan Jasad: Jasad K.H. Satori dibuang ke Sungai Kalipemali dan baru ditemukan tiga hari kemudian setelah terdampar di wilayah Tenki. Jasad beliau kemudian diangkat dan dimakamkan secara layak oleh masyarakat Tenki dan Tentara Hizbullah. ”Di Soggom itu Kiai Haji Satori itu dieksekusi. Diberondong sampai jasadnya dibuang di Kalipemali. … Akhirnya terdampar di wilayah Tengki,” kenang Mas Dulhadi.
Bukti Sejarah: Brebes Pelopor Pertahanan dan WBU Pertama
Selain kisah K.H. Satori, Garda Muda 45 juga menyoroti dua fakta sejarah penting yang membuktikan peran sentral Brebes dalam perjuangan kemerdekaan:
Dualisme Pemerintahan (1945–1948): Brebes sempat mengalami dualisme pemerintahan yang berjalan bersamaan antara Pemerintahan Belanda dan Pemerintahan Indonesia yang sah di bawah kepemimpinan K.H. Satori.
Wajib Bela Umum (WBU) Pertama di Nusantara: Brebes disebut sebagai satu-satunya wilayah di Indonesia yang memprakarsai program Wajib Bela Umum (WBU) pada tahun 1948 di Banjarharjo. WBU ini disebut sebagai cikal bakal Wajib Militer (Wamil) pada Orde Baru. Ratusan pemuda yang dilatih oleh Tentara Banteng Rider (Diponegoro dan Siliwangi) terlibat langsung dalam Perang Kobokan melawan Belanda sekitar tahun 1947–1948.
Usulan Penghargaan: RSUD K.H. Satori
Melihat pengorbanan K.H. Satori yang sangat besar, Garda Muda 45 bertekad untuk mengusulkan penghargaan yang setara dengan jasa-jasanya.
Usulan utama adalah mengganti nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Brebes menjadi RSUD K.H. Satori, sejajar dengan penamaan fasilitas publik untuk pahlawan lokal lainnya.
Sebagai langkah awal, pada Hari Jadi Kabupaten Brebes di bulan Januari 2026, DHC dan BUMG berencana mengadakan acara napak tilas menyusuri rute perjuangan pemerintahan K.H. Satori.
”Pahlawan asli Brebes adalah K.H. Satori. … K.H. Satori itu kelas pahlawan bupati,” pungkas Mas Dulhadi, berharap dukungan penuh semua pihak agar sejarah heroik ini terus dikenang dan dihormati oleh generasi mendatang.
Red/Teguh
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
