DN-II Ketika Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tarif super tinggi yang bakal menghantam Meksiko, banyak yang langsung melihat ini sebagai jurus nekat tanpa perhitungan.
Tapi siapa sangka, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum langsung memberikan respons yang tegas, penuh data, dan dengan gaya classy yang bikin Trump kelihatan seperti main catur tanpa rencana.
Di sebuah konferensi pers, Sheinbaum membaca surat balasannya untuk Trump.
Kalimat pembukanya saja sudah seperti tamparan halus yang tajam:
“Tujuh puluh persen senjat4 ilegal yang disita dari krimin4l di Meksiko berasal dari negara Anda. Kami tidak memproduksi senjat4 ini, juga tidak mengonsumsi nark0tika sintetis,” ujarnya.
Pernyataan itu bukan cuma menohok, tapi juga mengungkapkan sebuah fakta pahit: sebagian besar kekerasan yang terjadi di Meksiko adalah dampak dari permintaan n4rkoba di Amerika Serikat dan perdagangan senjat4 yang tak terkendali.
Sheinbaum dengan lantang menekankan bahwa masalah ini adalah akibat sistem yang rusak, bukan hanya di negaranya tapi juga di Amerika.
Dia melanjutkan dengan prediksi yang jitu soal dampak tarif tersebut:
“Satu tarif akan diikuti oleh tarif lainnya, dan seterusnya, sampai akhirnya bisnis bersama kita terancam.”
Dan ya, dia benar. Tarif 25% yang diusulkan Trump tidak hanya akan memukul Meksiko, tetapi juga Amerika sendiri. Harga barang akan melonjak, dan kerja sama ekonomi antarnegara akan retak.
Namun, Sheinbaum tidak berhenti di situ. Dia menekankan pentingnya kerja sama dan dialog:
“Saya yakin kekuatan ekonomi Amerika Utara terletak pada kemitraan perdagangan kita. Hal ini memungkinkan kita tetap kompetitif melawan blok ekonomi lainnya.”
Alih-alih menyerang dengan emosi, Sheinbaum menawarkan solusi. Dia mengajak kedua negara untuk duduk bersama dan mencari jalan keluar:
“Dialog adalah jalur terbaik menuju pemahaman, perdamaian, dan kemakmuran untuk bangsa kita.”
Langkah Sheinbaum ini menunjukkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin menghadapi tantangan besar. Ketimbang terbawa provokasi atau menyerah, dia memilih untuk berdiri tegak dengan argumen yang kuat.
Ketangguhan Sheinbaum ini jadi bukti nyata bahwa pemimpin sejati tidak hanya soal kekuatan fisik atau retorika agresif, tetapi juga kemampuan berpikir jernih di tengah badai.
Kalau saja lebih banyak pemimpin dunia yang memilih pendekatan seperti ini, mungkin konflik internasional tidak akan terasa seperti drama reality show murahan.
๐๐ช๐
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
