Semarang, DN-II Industri tekstil Indonesia tengah menghadapi badai besar. Puluhan perusahaan tekstil, termasuk beberapa nama besar yang pernah merajai industri ini, kini terpaksa gulung tikar atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. (3/3/2025).
Berdasarkan data yang beredar, setidaknya 60 perusahaan tekstil di berbagai daerah telah mengalami penutupan, pengurangan tenaga kerja, atau PHK dalam jumlah besar. Beberapa di antaranya termasuk PT Asia Pacific Fiber Karawang yang menghentikan operasinya, PT Sritex yang kini dalam pengawasan kurator karena pailit, serta PT Apac Inti Corpora dan PT Kahatex yang melakukan pengurangan tenaga kerja.
Tak hanya itu, perusahaan besar seperti Agungtex Group dan PT Chingluh juga harus merumahkan hingga 2.000 tenaga kerja, sementara PT Asia Pacific Fiber Karawang melakukan PHK terhadap 2.500 pekerja. Di sisi lain, beberapa perusahaan seperti PT Tuntex dan PT Pismatex bahkan sampai memberhentikan lebih dari 1.000 tenaga kerja akibat kebangkrutan.
Situasi ini menjadi alarm keras bagi industri tekstil nasional. Faktor utama yang diduga menjadi penyebab adalah melemahnya permintaan ekspor, meningkatnya biaya produksi, serta persaingan ketat dengan produk tekstil impor. Selain itu, kebijakan terkait upah dan regulasi tenaga kerja juga turut mempengaruhi daya saing industri tekstil dalam negeri.
Dengan ribuan pekerja yang kehilangan mata pencahariannya, dampak dari gelombang PHK ini diprediksi akan meluas ke sektor lain. Pemerintah dan pelaku industri pun diharapkan dapat mencari solusi untuk menyelamatkan industri tekstil agar tidak semakin terpuruk.
Daftar sebagai Berikut:
1. PT Adetex (500 tenaga kerja dirumahkan)
2. Agungtex Group (2.000 tenaga kerja dirumahkan)
3. PT Alenatex (tutup-PHK 700 tenaga kerja)
4. PT Apac Inti Corpora (pengurangan tenaga kerja)
5. PT Argo Pantes Bekasi (tutup-berhenti produksi)
6. PT Asia Citra Pratama (tutup-berhenti produksi)
7. PT Asia Pacific Fiber Kaliwungu (pengurangan tenaga kerja)
8. PT Asia Pacific Fiber Karawang (PHK 2.500 tenaga kerja)
9. PT Bitratex (pengurangan tenaga kerja)
10. PT Centex – Spinning Mills (tutup-berhenti produksi)
11. PT Chingluh (PHK 2.000 tenaga kerja)
12. PT Damatex ( tutup-berhenti produksi)
13. PT Delta Merlin Tekstil I-Duniatex Group (PHK 660 tenaga kerja)
14. PT Delta Merlin Tekstil II-Duniatex Group (PHK 924 tenaga kerja)
15. PT Djoni Texindo (tutup – berhenti produksi)
16. PT Dupantex (tutup-berhenti produksi)
17. PT Efendi Textindo (tutup-berhenti produksi)
18. PT Fotexco Busana Internasional (tutup-berhenti produksi)
19. PT Grand Best (PHK 300 tenaga kerja)
20. PT Grand Pintalan (tutup-berhenti produksi)
21. PT Grandtex (tutup-berhenti produksi)
22. PT Gunatex (tutup-berhenti produksi)
23. PT HS Aparel (tutup)
24. PT Indachi Prima (pengurangan tenaga kerja)
25. PT Jelita (tutup-berhenti produksi)
26. PT Kabana (PHK 1.200 tenaga kerja)
27. PT Kaha Apollo Utama (tutup-berhenti produksi)
28. PT Kahatex (pengurangan tenaga kerja)
29. PT Kintong (tutup-berhenti produksi)
30. Kusuma Group (PT Pamor, PT Kusuma Putra, PT Kusuma Hadi) (tutup-PHK 1.500 tenaga kerja)
31. PT Lawe Adyaprima Spinning Mills (tutup-berhenti produksi)
32. PT Lojitex (tutup-berhenti produksi)
33. PT Lucky Tekstil (PHK 100 tenaga kerja)
34. PT Mafahtex Tirto (tutup-berhenti produksi)
35. PT Miki Moto (tutup – berhenti produksi)
36. PT Mulia Cemerlang Abadi (tutup-berhenti produksi)
37. PT Mulia Spindo Mills (tutup-berhenti produksi)
38. PT Nikomas (bertahap ribuan pekerja)
39. PT Ocean Asia Industry (tutup-PHK 314 tenaga kerja)
40. PT Panca Sindo (tutup-berhenti produksi)
41. PT Pismatex (pailit -PHK 1.700 tenaga kerja)
42. PT Polyfin Canggih (pengurangan tenaga kerja)
43. PT Pulaumas Tekstil (PHK 460 tenaga kerja)
44. PT Rayon Utama Makmur (tutup)
45. PT Ricky Putra Globalindo, Tbk. (tutup-berhenti produksi)
46. PT Sai Aparel (relokasi sebagian)
47. PT Saritex (tutup-berhenti produksi)
48. PT Sembung Tex (tutup-berhenti produksi)
49. PT Sinar Panca Jaya (pengurangan tenaga kerja)
50. PT South Pacific Viscose (pengurangan tenaga kerja)
51. Sritex Group (2.500 tenaga kerja dirumahkan)
52. PT Starpia (tutup)
53. PT Sulindafin (tutup-berhenti produksi)
54. PT Sulindamills (tutup-berhenti produksi)
55. PT Tifico Fiber Industries (pengurangan tenaga kerja)
56. PT Tuntex (tutup – PHK 1.163 tenaga kerja)
57. PT Wiska Sumedang (tutup – PHK 700 tenaga kerja)
58. PT Primissima (tutup – berhenti produksi)
59. PT Sritex (pailit-pengawasan kurator)
60. PT Asia Pacific Fibers Karawang (berhenti beroperasi)
Gilaaaaโฆ.ini mah rata2 bekas raja2 textile, tengkurap semua!!!
Apakah ini menjadi tanda berakhirnya kejayaan industri tekstil Indonesia? Atau masih ada harapan untuk bangkit?
Red
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
