Nasional, DN-II Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern dan tantangan yang seringkali memicu keputusasaan, sebuah refleksi mendalam mengenai fondasi keyakinan telah kembali menyeruak, menegaskan sebuah prinsip agung: tidak ada yang benar-benar mustahil di bawah naungan Kehendak Sang Pencipta. Opini ini, yang disorot pada Selasa (5/11/2025), menempatkan kembali narasi Mukjizat Ilahi di atas keterbatasan logika dan perhitungan manusia.
Melampaui Batas Logika
Inti dari refleksi ini bukanlah sekadar ucapan penyemangat, melainkan sebuah penegasan fundamental bahwa segala impian, harapan, dan cita-cita, betapapun jauhnya dalam kalkulasi duniawi, dapat menjadi nyata jika telah dikehendaki oleh Tuhan.
”Inilah titik kritis di mana logika dan akal manusia mencapai batasnya, dan di sanalah Mukjizat Ilahi dimulai,” demikian bunyi analisis tersebut. “Kehendak-Nya mampu menembus batasan ruang dan waktu, mengubah takdir, dan meniadakan diksi ‘mustahil’ dari kamus semesta. Kuasa-Nya adalah kekuatan pendorong utama yang mengubah potensi menjadi realitas.”
Kuatnya pesan ini terletak pada penekanan bahwa Kuasa Ilahi adalah satu-satunya kekuatan yang dapat mengubah potensi menjadi realitas tanpa terikat pada hukum sebab-akibat konvensional.
Sinergi Ikhtiar dan Kepatuhan
Namun, refleksi ini juga memberikan catatan penting mengenai peran manusia. Ditegaskan bahwa keyakinan pada Kehendak Ilahi bukanlah izin untuk berdiam diri dan bersikap pasif, melainkan justru menjadi motivasi terkuat untuk terus berjuang, berikhtiar, dan memohon tanpa henti.
Ikhtiar: Diposisikan sebagai wujud nyata dari kepatuhan dan kesiapan individu untuk menerima anugerah tak terduga, melambangkan jembatan yang dibangun melalui kerja keras. 
Doa: Diibaratkan sebagai panggilan hati yang dipanjatkan dengan kerendahan diri.
Menurut pandangan ini, keduanya—Ikhtiar dan Doa—harus berjalan selaras, menjadi bukti kesungguhan individu dalam mendambakan dan mempersiapkan diri untuk menerima karunia-Nya.
Kesimpulan: Realitas Tanpa Batas
Sebagai penutup, pesan inspiratif ini mengajak masyarakat untuk menanamkan keyakinan teguh bahwa setiap langkah dan doa adalah bagian integral dari sebuah persiapan besar yang telah dirancang secara Ilahi.
”Teruslah berusaha dengan keyakinan penuh, teguh dalam kepatuhan, dan sabar dalam penantian,” ajak pesan tersebut. “Sebab, ketika Waktu-Nya tiba, dan Sang Maha Kuasa mengizinkan, maka segala sesuatu yang kita impikan—sekalipun pernah dicap mustahil oleh dunia—akan terwujud.”
Refleksi ini menegaskan kembali bahwa, bagi mereka yang beriman, kamus kehidupan sejatinya tidak mengenal kata “mustahil.”
Disunting oleh Casroni
Pendiri: https://detiknasional.id/box-redaksi/
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
