Oleh: Casroni/Redaksi Media Detik Nasional
Nasional, DN-II Tanggal 28 Oktober selalu menjadi momentum krusial, sebuah penanda sejarah yang tak lekang dimakan waktu: peringatan Hari Sumpah Pemuda. Bukan sekadar seremonial, hari ini adalah pengingat abadi akan sebuah ikrar bersejarah yang lahir dari Kongres Pemuda II pada tahun 1928.
Di tengah fragmentasi politik, suku, dan kedaerahan yang dibentuk oleh kolonialisme, para pemuda-pemudi dari berbagai penjuru Nusantara—dengan latar belakang suku, agama, dan daerah yang beragam—berhasil menyatukan tekad. Mereka mengikrarkan satu cita-cita mulia: kemerdekaan dalam bingkai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Peristiwa ini adalah “api” yang menyalakan obor nasionalisme dan persatuan, jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. Sumpah Pemuda adalah pra-Proklamasi, sebuah deklarasi moral dan politis yang membentuk identitas kolektif bangsa Indonesia, landasan kokoh yang terus relevan, terutama saat kita melangkah menuju visi besar Indonesia Emas 2045.
II. Trilogi Nilai Sumpah Pemuda: Pedoman Aksi Masa Kini
Tiga butir ikrar Sumpah Pemuda adalah trilogi nilai luhur yang tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga pedoman aksi bagi generasi masa kini:
1. Bertumpah Darah yang Satu: Tanah Air Indonesia
Makna Historis: Ikrar ini menegaskan bahwa seluruh wilayah Nusantara, dari Sabang hingga Merauke, adalah satu kesatuan tanah air yang wajib diakui dan dipertahankan. Ini adalah pondasi Nasionalisme dan kesediaan berkorban (Patriotisme) demi keutuhan wilayah.
Relevansi Masa Kini: Di era globalisasi, ancaman terhadap tanah air tidak hanya datang dari invasi fisik, tetapi juga dari eksploitasi alam dan gempuran budaya asing. Wujud cintanya adalah: menjaga kekayaan alam dari kerusakan, melestarikan budaya lokal sebagai identitas bangsa, dan bangga menggunakan produk-produk buatan anak bangsa sebagai bentuk dukungan nyata pada kedaulatan ekonomi.
2. Berbangsa yang Satu: Bangsa Indonesia
Makna Historis: Ini adalah pengakuan akan adanya satu identitas kebangsaan di tengah keberagaman, yaitu Bangsa Indonesia. Prinsip ini secara fundamental mengamalkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang menekankan pentingnya persatuan, gotong royong, dan kolaborasi melintasi batas-batas suku, ras, dan agama.
Relevansi Masa Kini: Tantangan terbesar saat ini adalah intoleransi dan polarisasi, terutama di ruang digital. Pemuda harus menjadi garda terdepan toleransi, menghargai perbedaan sebagai kekuatan, dan mendorong kerja sama positif. Memerangi segala bentuk perpecahan dan hoaks di media sosial adalah aktualisasi nyata dari ikrar ini.
3. Menjunjung Bahasa Persatuan: Bahasa Indonesia
Makna Historis: Bahasa Indonesia diangkat sebagai alat pemersatu (lingua franca) yang melintasi ribuan bahasa daerah. Ikrar ini adalah komitmen menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan identitas nasional, sebuah jembatan komunikasi yang mempersatukan pemikiran dan cita-cita.
Relevansi Masa Kini: Menjunjung Bahasa Indonesia berarti menggunakannya dengan baik dan benar dalam komunikasi formal maupun informal, termasuk di ruang digital.
Namun, hal ini juga harus diiringi dengan melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan linguistik tak ternilai. Pemuda harus bangga dan mampu menjadi juru bicara bagi martabat Bahasa Indonesia di kancah global.
III. Panggilan Aksi: Pemuda Penggerak di Era Post-Truth
Peringatan Sumpah Pemuda ke-97 di tahun 2025 ini menemukan relevansi yang mendalam bagi Generasi Z dan Milenial. Jika dahulu tantangannya adalah kolonialisme fisik, kini tantangannya adalah kolonialisme digital, hoaks, disinformasi, dan erosi moral.
Semangat Sumpah Pemuda hari ini adalah tentang aksi nyata:
Berintegritas dan Berpikir Kritis: Di era informasi berlimpah, pemuda harus memiliki integritas moral yang kuat dan kemampuan berpikir kritis untuk memverifikasi fakta dan melawan narasi pecah belah. Menjadi agen penyebar energi positif dan melawan berita bohong (hoaks) adalah wujud Bela Negara.
Inovasi dan Adaptasi Teknologi: Manfaatkan kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) bukan sekadar sebagai pengguna, tetapi sebagai kreator dan inovator. Wujudkan jiwa persatuan dengan kolaborasi lintas ilmu untuk menciptakan solusi yang membawa kemajuan bangsa di berbagai sektor.
Menjaga Arah Menuju Indonesia Emas 2045: Pemuda adalah pemilik masa depan Indonesia. Integritas, kejujuran, dan semangat persatuan harus menjadi bekal utama untuk memimpin bangsa di usia 100 tahun kemerdekaan.
Penutup yang Kuat:
Sumpah Pemuda bukan hanya untuk dikenang, melainkan untuk dihidupi. Ia adalah janji yang terus diperbarui oleh setiap generasi. Di tahun 2025 ini, mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai panduan bertindak nyata: bergerak, berkolaborasi, dan bersatu dalam satu frekuensi untuk memastikan Indonesia Raya berdiri tegak, adil, makmur, dan disegani di mata dunia. Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu!
Red
Eksplorasi konten lain dari
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
